Dulu, iya dulu.
Kau disini, di rumah ini, di tempat ini.
Sosokmu hilang,
Hilang dan sekarang berada di pangkuan Tuhan.
Saat bersama, semua terasa lengkap.
Saat bersama, banyak hal yang telah dilakukan.
Dulu, amat dahulu.
Candaan tawa selalu menghiasi di rumah ini.
Tangisan pilu melepaskan kepergianmu dari rumah ini.
Sungguh terluka, rindu menumpuk, dan menjadi satu.
Kata rindu yang takkan pernah hilang.
Rangkaian doa yang takkan pernah lupa.
Dulu, dulu, dan dulu.
Sudah banyak hal yang kita lakukan.
Suka dan duka aku rasakan bersamamu.
Ayah, bagaimana disana?
Ayah, kau tetap menjaga kami dari atas sana kan?
Ayah, siapa yang menyiapkan makananmu?
Ayah, ada gotong royong kah disana?
Ribuan pertanyaan pasti akan ku lontarkan.
Tenang disana.
Semoga surga tempat terakhirmu.
Ku hadiahkan puisi ini untuk sosok lelaki disana.
Tetesan air mata sempat membasahi keyboard laptop ini.
Ah, selamat membaca.